DB NEWS - Di tengah gempuran teknologi dan tren astrologi barat, budaya Jawa justru menyimpan sistem perhitungan yang tak kalah magis–kalender Weton.
Berbeda dari kalender Masehi atau Hijriyah yang mengandalkan siklus matahari dan bulan, kalender Weton Jawa menggabungkan unsur astronomi, spiritualitas, dan filosofi Jawa.
Weton secara harfiah berarti hari kelahiran, berasal dari kata Jawa Wetu yang berarti keluar atau lahir, yang kemudian diberi imbuhan -an menjadi kata benda (Ranowidjojo, 2009:17).
Bukan sekedar penanda waktu, konon kalender ini dipercaya mampu meramal watak, rezeki, hingga jodoh seseorang hanya berdasarkan tanggal lahir.
Lalu bagaimana sebenarnya sistem kerja Weton? Apa makna di balik setiap hitungan dan bagaimana masyarakat Jawa menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari?
(BACA JUGA: Happy Valentine Day! 3 Rekomendasi Tempat Dinner Romantis Bersama Pasangan di Surabaya)
Kalender Weton Jawa berlandaskan dua siklus utama: siklus tujuh hari seperti dalam kalender Masehi (Senin-Minggu) dan siklus lima pasaran Jawa (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon).
Kombinasi dari dua siklus ini menghasilkan 35 kemungkinan hari yang berbeda, yang masing-masing memiliki energi dan karakter sendiri.
Misalnya, seseorang yang lahir pada hari Kamis Wage memiliki watak berbeda dengan yang lahir di Rabu Kliwon.
Perhitungan ini dikenal sebagai “Weton kelahiran”, yang nantinya bisa digunakan sebagai dasar untuk meramal keberuntungan, kecocokan, pasangan, hingga waktu terbaik untuk memulai usaha.
Tidak berhenti pada struktur hari, kalender Weton juga dihubungkan dengan nilai-nilai numerik tertentu dalam perhitungan neptu.
Mari kita telusuri bagaimana perhitungan neptu menjadi dasar dari berbagai ritual Jawa tradisional.
Bagaimana cara perhitungan neptu? Bagaimana menetukan hari baik atau buruk menurut Weton kalender Jawa? Simak di halaman berikutnya!
DB NEWS - Di tengah gempuran teknologi dan tren astrologi barat, budaya Jawa justru menyimpan sistem perhitungan yang tak kalah magis–kalender Weton.
Berbeda dari kalender Masehi atau Hijriyah yang mengandalkan siklus matahari dan bulan, kalender Weton Jawa menggabungkan unsur astronomi, spiritualitas, dan filosofi Jawa.
Weton secara harfiah berarti hari kelahiran, berasal dari kata Jawa Wetu yang berarti keluar atau lahir, yang kemudian diberi imbuhan -an menjadi kata benda (Ranowidjojo, 2009:17).
Bukan sekedar penanda waktu, konon kalender ini dipercaya mampu meramal watak, rezeki, hingga jodoh seseorang hanya berdasarkan tanggal lahir.
Lalu bagaimana sebenarnya sistem kerja Weton? Apa makna di balik setiap hitungan dan bagaimana masyarakat Jawa menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari?
(BACA JUGA: Happy Valentine Day! 3 Rekomendasi Tempat Dinner Romantis Bersama Pasangan di Surabaya)
Kalender Weton Jawa berlandaskan dua siklus utama: siklus tujuh hari seperti dalam kalender Masehi (Senin-Minggu) dan siklus lima pasaran Jawa (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon).
Kombinasi dari dua siklus ini menghasilkan 35 kemungkinan hari yang berbeda, yang masing-masing memiliki energi dan karakter sendiri.
Misalnya, seseorang yang lahir pada hari Kamis Wage memiliki watak berbeda dengan yang lahir di Rabu Kliwon.
Perhitungan ini dikenal sebagai “Weton kelahiran”, yang nantinya bisa digunakan sebagai dasar untuk meramal keberuntungan, kecocokan, pasangan, hingga waktu terbaik untuk memulai usaha.
Tidak berhenti pada struktur hari, kalender Weton juga dihubungkan dengan nilai-nilai numerik tertentu dalam perhitungan neptu.
Mari kita telusuri bagaimana perhitungan neptu menjadi dasar dari berbagai ritual Jawa tradisional.
Bagaimana cara perhitungan neptu? Bagaimana menetukan hari baik atau buruk menurut Weton kalender Jawa? Simak di halaman berikutnya!