DB NEWS – Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kembali menorehkan sejarah linguistiknya dengan resmi menambahkan kata baru: "palum".
Disahkan sebagai antonim atau lawan kata dari “haus”, kehadiran "palum" sontak menarik perhatian publik.
Lebih dari sekadar mengisi kekosongan leksikal, kata ini juga menjadi bukti nyata pengakuan terhadap kekayaan bahasa daerah yang kini turut memperkaya khazanah Bahasa Indonesia.
Menurut definisi terbaru yang tercantum dalam KBBI daring edisi Juli 2025, “palum” adalah kata benda yang menggambarkan keadaan tidak haus atau telah puas minum.
Jika selama ini kita mengenal "kenyang" sebagai lawan kata "lapar", maka kini "palum" hadir sebagai padanan yang sempurna untuk kondisi setelah minum, saat rasa haus telah hilang atau seseorang merasa puas.
(BACA JUGA: Ikhtiar Menahan Lapar dan Haus Saat Puasa, Doa Ini Bisa Kamu Amalkan untuk Mengatasinya!)
Contoh penggunaannya sederhana dan mudah dipahami: "Setelah dua botol air mineral, akhirnya ia merasa palum."
Meskipun baru resmi masuk KBBI pada penghujung 2024, kata "palum" ternyata memiliki akar budaya yang dalam.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek mengonfirmasi bahwa kata ini berasal dari bahasa Batak Pakpak, salah satu etnis yang mendiami wilayah Sumatra Utara.
Proses kurasi dan pertimbangan matang dari lembaga tersebut menjadi kunci di balik adopsi kata ini ke dalam bahasa Indonesia standar.
Penambahan kata “palum” ini secara signifikan memperkaya kosakata Bahasa Indonesia.
Selama ini, masyarakat dan pakar bahasa kerap menghadapi kendala karena tidak adanya padanan langsung untuk menggambarkan kondisi “tidak haus”.
Plt. Kepala Pusat Bahasa Kemdikbud, Dora Amalia, dalam sebuah wawancara menjelaskan bahwa selama ini memang belum tersedia kata dalam KBBI yang menunjukkan antonim untuk haus.
"Memang belum ada satu kata yang bisa secara langsung menjadi lawan kata haus—hingga akhirnya palum hadir dari kearifan lokal," katanya.
Pernyataan ini diperkuat oleh pakar bahasa dari Unpad, Nani Darmayanti, yang menegaskan bahwa selama ini, kata “haus” berdiri sendiri tanpa pasangan resmi dalam KBBI.
Kehadiran "palum" kini mengisi kekosongan ini, memberikan presisi linguistik yang selama ini dicari.
DB NEWS – Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kembali menorehkan sejarah linguistiknya dengan resmi menambahkan kata baru: "palum".
Disahkan sebagai antonim atau lawan kata dari “haus”, kehadiran "palum" sontak menarik perhatian publik.
Lebih dari sekadar mengisi kekosongan leksikal, kata ini juga menjadi bukti nyata pengakuan terhadap kekayaan bahasa daerah yang kini turut memperkaya khazanah Bahasa Indonesia.
Menurut definisi terbaru yang tercantum dalam KBBI daring edisi Juli 2025, “palum” adalah kata benda yang menggambarkan keadaan tidak haus atau telah puas minum.
Jika selama ini kita mengenal "kenyang" sebagai lawan kata "lapar", maka kini "palum" hadir sebagai padanan yang sempurna untuk kondisi setelah minum, saat rasa haus telah hilang atau seseorang merasa puas.
(BACA JUGA: Ikhtiar Menahan Lapar dan Haus Saat Puasa, Doa Ini Bisa Kamu Amalkan untuk Mengatasinya!)
Contoh penggunaannya sederhana dan mudah dipahami: "Setelah dua botol air mineral, akhirnya ia merasa palum."
Meskipun baru resmi masuk KBBI pada penghujung 2024, kata "palum" ternyata memiliki akar budaya yang dalam.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek mengonfirmasi bahwa kata ini berasal dari bahasa Batak Pakpak, salah satu etnis yang mendiami wilayah Sumatra Utara.
Proses kurasi dan pertimbangan matang dari lembaga tersebut menjadi kunci di balik adopsi kata ini ke dalam bahasa Indonesia standar.
Penambahan kata “palum” ini secara signifikan memperkaya kosakata Bahasa Indonesia.
Selama ini, masyarakat dan pakar bahasa kerap menghadapi kendala karena tidak adanya padanan langsung untuk menggambarkan kondisi “tidak haus”.
Plt. Kepala Pusat Bahasa Kemdikbud, Dora Amalia, dalam sebuah wawancara menjelaskan bahwa selama ini memang belum tersedia kata dalam KBBI yang menunjukkan antonim untuk haus.
"Memang belum ada satu kata yang bisa secara langsung menjadi lawan kata haus—hingga akhirnya palum hadir dari kearifan lokal," katanya.
Pernyataan ini diperkuat oleh pakar bahasa dari Unpad, Nani Darmayanti, yang menegaskan bahwa selama ini, kata “haus” berdiri sendiri tanpa pasangan resmi dalam KBBI.
Kehadiran "palum" kini mengisi kekosongan ini, memberikan presisi linguistik yang selama ini dicari.