Bahaya Junk Food: Ini Dampak Kesehatan Jangka Panjang yang Perlu Kamu Ketahui
02 Jun 2025 - Dbmedianews
Author: Naimatul Aini Sholehah
Editor: Ahmad Dzul Ilmi Muis
157 2

Dampak Konsumsi Junk Food Dalam Jangka Panjang

Sebenarnya junk food bukan lah satu-satunya penyebab utama dari timbulnya penyakit. Namun, konsumsi berlebihan dapat meningkatkan resiko datangnya beberapa penyakit seperti:

1. Obesitas

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia menunjukkan tren peningkatan angka obesitas dalam dekade terakhir. 

(BACA JUGA: 4 Tempat Makan Seafood Terbaik di Surabaya, yang Terakhir Punya Cita Rasa Tak Terlupakan)

Junk food menjadi salah satu penyebab utama karena tingginya kalori, tapi mudah merasa lapar dalam waktu dekat. Akibatnya, seseorang akan cenderung makan berlebihan karena tidak merasa kenyang.

2. Penyakit Jantung dan Stroke

Konsumsi lemak trans dan garam dalam jumlah tinggi berkontribusi pada tekanan darah tinggi dan kolesterol. 

Kedua faktor tersebut merupakan pemicu utama penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia menurut data WHO.

3. Diabetes Tipe 2

(BACA JUGA: Sejarah dan Makna Opor Ayam: Hidangan Ikonik yang Wajib Ada Saat Lebaran)

Gula tambahan dalam junk food dapat menyebabkan resistensi insulin. Dalam jangka panjang, hal ini memicu diabetes tipe 2 yang membutuhkan pengobatan seumur hidup dan meningkatkan risiko komplikasi serius seperti kerusakan saraf, kebutaan, serta gagal ginjal.

4. Beresiko Menimbulkan Gangguan Fungsi Otak

Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi junk food dalam jangka panjang dapat mempengaruhi fungsi kognitif, daya ingat, bahkan meningkatkan risiko depresi. 

Menurut sejumlah penelitian ilmiah yang masih bersifat indikatif dan perlu dikaji lebih lanjut, kandungan gula tinggi yang terkandung di dalamnya dapat mengganggu keseimbangan neurotransmitter otak.

5. Kanker

(BACA JUGA: 7 Makanan Korea yang Bikin Nagih, Kalian Harus Coba!)

Selain penyakit diatas, beberapa jenis junk food yang diproses dengan suhu tinggi atau mengandung pengawet kimia juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker, terutama kanker usus besar. 

Risiko ini meningkat jika konsumsi junk food tidak diimbangi dengan makanan sehat lainnya, apalagi makanan yang mengandung banyak serat yang baik untuk pencernaan.

Lalu mengapa konsumsi junk food masih menjadi pilihan utama kebanyakan masyarakat di Indonesia?

Mengapa Indonesia Rentan?

Faktor budaya, ekonomi dan gaya hidup masyarakat Indonesia ikut berperan dalam menjadikan junk food sebagai pilihan utama. 

Masyarakat Indonesia saat ini cenderung bersifat urban atau sibuk, sehingga sering kali memilih makanan cepat saji karena praktis dan efisien serta mudah diakses.

(BACA JUGA: 7 Rekomendasi Sate Kambing Yang Terkenal Di Surabaya, Dijamin Enak!)

Selain itu, maraknya iklan makanan cepat saji di media sosial dan televisi mempengaruhi pilihan konsumsi, terutama pada anak-anak dan remaja. 

Sayangnya, literasi gizi di Indonesia masih rendah, sehingga masyarakat tidak selalu sadar akan bahaya yang mengintai di balik kelezatan junk food.

Lalu apa yang yang harus dilakukan untuk mengurangi konsumsi makanan cepat saji (junk food) di kalangan masyarakat?

Simak penjelasan lengkapnya di halaman selanjutnya..

Berita Terbaru
Rekomendasi Berita
Bahaya Junk Food: Ini Dampak Kesehatan Jangka Panjang yang Perlu Kamu Ketahui
02 Jun 2025 - Dbmedianews
Author: Naimatul Aini Sholehah Naimatul Aini Sholehah
Editor: Ahmad Dzul Ilmi Muis Ahmad Dzul Ilmi Muis
157 2
 

Dampak Konsumsi Junk Food Dalam Jangka Panjang

Sebenarnya junk food bukan lah satu-satunya penyebab utama dari timbulnya penyakit. Namun, konsumsi berlebihan dapat meningkatkan resiko datangnya beberapa penyakit seperti:

1. Obesitas

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia menunjukkan tren peningkatan angka obesitas dalam dekade terakhir. 

(BACA JUGA: 4 Tempat Makan Seafood Terbaik di Surabaya, yang Terakhir Punya Cita Rasa Tak Terlupakan)

Junk food menjadi salah satu penyebab utama karena tingginya kalori, tapi mudah merasa lapar dalam waktu dekat. Akibatnya, seseorang akan cenderung makan berlebihan karena tidak merasa kenyang.

2. Penyakit Jantung dan Stroke

Konsumsi lemak trans dan garam dalam jumlah tinggi berkontribusi pada tekanan darah tinggi dan kolesterol. 

Kedua faktor tersebut merupakan pemicu utama penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia menurut data WHO.

3. Diabetes Tipe 2

(BACA JUGA: Sejarah dan Makna Opor Ayam: Hidangan Ikonik yang Wajib Ada Saat Lebaran)

Gula tambahan dalam junk food dapat menyebabkan resistensi insulin. Dalam jangka panjang, hal ini memicu diabetes tipe 2 yang membutuhkan pengobatan seumur hidup dan meningkatkan risiko komplikasi serius seperti kerusakan saraf, kebutaan, serta gagal ginjal.

4. Beresiko Menimbulkan Gangguan Fungsi Otak

Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi junk food dalam jangka panjang dapat mempengaruhi fungsi kognitif, daya ingat, bahkan meningkatkan risiko depresi. 

Menurut sejumlah penelitian ilmiah yang masih bersifat indikatif dan perlu dikaji lebih lanjut, kandungan gula tinggi yang terkandung di dalamnya dapat mengganggu keseimbangan neurotransmitter otak.

5. Kanker

(BACA JUGA: 7 Makanan Korea yang Bikin Nagih, Kalian Harus Coba!)

Selain penyakit diatas, beberapa jenis junk food yang diproses dengan suhu tinggi atau mengandung pengawet kimia juga dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker, terutama kanker usus besar. 

Risiko ini meningkat jika konsumsi junk food tidak diimbangi dengan makanan sehat lainnya, apalagi makanan yang mengandung banyak serat yang baik untuk pencernaan.

Lalu mengapa konsumsi junk food masih menjadi pilihan utama kebanyakan masyarakat di Indonesia?

Mengapa Indonesia Rentan?

Faktor budaya, ekonomi dan gaya hidup masyarakat Indonesia ikut berperan dalam menjadikan junk food sebagai pilihan utama. 

Masyarakat Indonesia saat ini cenderung bersifat urban atau sibuk, sehingga sering kali memilih makanan cepat saji karena praktis dan efisien serta mudah diakses.

(BACA JUGA: 7 Rekomendasi Sate Kambing Yang Terkenal Di Surabaya, Dijamin Enak!)

Selain itu, maraknya iklan makanan cepat saji di media sosial dan televisi mempengaruhi pilihan konsumsi, terutama pada anak-anak dan remaja. 

Sayangnya, literasi gizi di Indonesia masih rendah, sehingga masyarakat tidak selalu sadar akan bahaya yang mengintai di balik kelezatan junk food.

Lalu apa yang yang harus dilakukan untuk mengurangi konsumsi makanan cepat saji (junk food) di kalangan masyarakat?

Simak penjelasan lengkapnya di halaman selanjutnya..

Tautan telah disalin ke clipboard!