DB NEWS - Pola asuh orang tua bukan sekadar rutinitas harian dalam membesarkan anak, melainkan fondasi utama dalam membentuk karakter, perilaku dan kesehatan mental mereka di masa depan. Belakangan ini, banyak kasus kenakalan remaja, masalah kesehatan mental hingga rendahnya rasa percaya diri seorang anak, lantas apakah hal tersebut dipengaruhi oleh pola asuh orang tua? Cari tahu jawabannya di artikel berikut ini.
Di berbagai daerah di Indonesia, dari kota besar seperti Jakarta hingga daerah pedesaan di pelosok nusantara, pola asuh dapat bervariasi tergantung dari latar budaya, pendidikan dan ekonomi orang tua.
Namun satu hal yang pasti adalah, bagaimana orang tua mendidik anak, akan meninggalkan jejak psikologis yang dalam di diri mereka.
Ketika Lina melihat anaknya mulai sering marah dan menarik diri, ia bertanya-tanya—apakah kesalahannya selama ini dalam mengasuh menjadi penyebabnya?
Kondisi ini terkadang bisa terjadi karena kurangnya komunikasi antara orang tua dan anaknya.
(BACA JUGA: Apa Itu MBTI dan Cara Ceknya: Panduan Lengkap untuk Mengenal Kepribadianmu!)
Lantas mengapa pola asuh dapat berpengaruh dalam sifat dan perilaku seorang anak? Simak penjelasannya dalam artikel berikut ini
Menurut pakar psikolog anak dan remaja, anak adalah cerminan dari lingkungan terdekatnya, dan keluarga adalah lingkungan paling awal dan paling kuat.
Ketika orang tua terlalu keras, terlalu memanjakan, atau bahkan abai, anak cenderung tumbuh dengan ketidakseimbangan emosi dan perilaku.
Beberapa dampak pola asuh yang keliru antara lain:
(BACA JUGA: Red Flag VS Green Flag: Tanda Hubungan Sehat atau Toxic yang Harus Kamu Kenali!)
Untuk mengetahui lebih lanjut terkait pola asuh anak, berikut ini adalah jenis-jenis pola asuh yang dikenal secara psikologis.
Terdapat beberapa gaya pengasuhan yang umum dikenal secara psikologis, beberapa diantaranya, yakni:
1. Otoriter: Menekankan pada disiplin dan ketaatan tanpa ruang berdiskusi. Anak-anak dari pola ini cenderung patuh namun tidak percaya diri.
2. Permisif: Orang tua sangat memanjakan dan jarang memberi batasan. Anak cenderung sulit mengontrol emosi dan perilaku.
3. Neglectful (Abaikan): Orang tua tidak terlibat aktif dalam pengasuhan. Anak merasa kurang dihargai dan kurang perhatian.
(BACA JUGA: Sering Lelah dan Susah Fokus Meski Tidur Cukup? Ini Penyebabnya dan Cara Mengatasinya!)
4. Authoritative (Demokratis): Gabungan antara disiplin dan empati. Pola ini dianggap paling ideal karena membentuk anak yang mandiri, percaya diri, dan stabil secara emosional.
Lantas dengan beragam jenis pola asuh diatas, seperti apa cara pengasuhan anak yang benar?
Simak penjelasan lebih lanjut tentang cara asuh yang benar dan efektif di halaman berikutnya…
DB NEWS - Pola asuh orang tua bukan sekadar rutinitas harian dalam membesarkan anak, melainkan fondasi utama dalam membentuk karakter, perilaku dan kesehatan mental mereka di masa depan. Belakangan ini, banyak kasus kenakalan remaja, masalah kesehatan mental hingga rendahnya rasa percaya diri seorang anak, lantas apakah hal tersebut dipengaruhi oleh pola asuh orang tua? Cari tahu jawabannya di artikel berikut ini.
Di berbagai daerah di Indonesia, dari kota besar seperti Jakarta hingga daerah pedesaan di pelosok nusantara, pola asuh dapat bervariasi tergantung dari latar budaya, pendidikan dan ekonomi orang tua.
Namun satu hal yang pasti adalah, bagaimana orang tua mendidik anak, akan meninggalkan jejak psikologis yang dalam di diri mereka.
Ketika Lina melihat anaknya mulai sering marah dan menarik diri, ia bertanya-tanya—apakah kesalahannya selama ini dalam mengasuh menjadi penyebabnya?
Kondisi ini terkadang bisa terjadi karena kurangnya komunikasi antara orang tua dan anaknya.
(BACA JUGA: Apa Itu MBTI dan Cara Ceknya: Panduan Lengkap untuk Mengenal Kepribadianmu!)
Lantas mengapa pola asuh dapat berpengaruh dalam sifat dan perilaku seorang anak? Simak penjelasannya dalam artikel berikut ini
Menurut pakar psikolog anak dan remaja, anak adalah cerminan dari lingkungan terdekatnya, dan keluarga adalah lingkungan paling awal dan paling kuat.
Ketika orang tua terlalu keras, terlalu memanjakan, atau bahkan abai, anak cenderung tumbuh dengan ketidakseimbangan emosi dan perilaku.
Beberapa dampak pola asuh yang keliru antara lain:
(BACA JUGA: Red Flag VS Green Flag: Tanda Hubungan Sehat atau Toxic yang Harus Kamu Kenali!)
Untuk mengetahui lebih lanjut terkait pola asuh anak, berikut ini adalah jenis-jenis pola asuh yang dikenal secara psikologis.
Terdapat beberapa gaya pengasuhan yang umum dikenal secara psikologis, beberapa diantaranya, yakni:
1. Otoriter: Menekankan pada disiplin dan ketaatan tanpa ruang berdiskusi. Anak-anak dari pola ini cenderung patuh namun tidak percaya diri.
2. Permisif: Orang tua sangat memanjakan dan jarang memberi batasan. Anak cenderung sulit mengontrol emosi dan perilaku.
3. Neglectful (Abaikan): Orang tua tidak terlibat aktif dalam pengasuhan. Anak merasa kurang dihargai dan kurang perhatian.
(BACA JUGA: Sering Lelah dan Susah Fokus Meski Tidur Cukup? Ini Penyebabnya dan Cara Mengatasinya!)
4. Authoritative (Demokratis): Gabungan antara disiplin dan empati. Pola ini dianggap paling ideal karena membentuk anak yang mandiri, percaya diri, dan stabil secara emosional.
Lantas dengan beragam jenis pola asuh diatas, seperti apa cara pengasuhan anak yang benar?
Simak penjelasan lebih lanjut tentang cara asuh yang benar dan efektif di halaman berikutnya…