Mengapa 20 Mei Diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional? Ini Sejarah, Makna, dan Tokoh di Baliknya
15 May 2025 - Dbmedianews
Author: Janina Canakya Janissary
Editor: Ahmad Dzul Ilmi Muis
45 0

DB NEWS - Setiap 20 Mei, bangsa Indonesia tidak hanya menengok ke belakang — tapi juga menantang masa depan. Di tengah gempuran zaman digital yang sarat disinformasi, Hari Kebangkitan Nasional bukan sekadar peringatan sejarah, melainkan panggilan untuk menyatukan kembali semangat yang tercerai.

Di tahun 2025, tanggal 20 Mei jatuh pada hari Selasa di pekan keempat bulan Mei.

Hari Kebangkitan Nasional mengingatkan kita pada titik awal pergerakan nasional Indonesia melawan penjajahan, yang kemudian menjadi fondasi bagi terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Kita kini berada di tengah era digital, sebuah masa yang sangat berbeda dibandingkan dengan zaman perjuangan awal kebangsaan. 

Ruang publik dibanjiri oleh arus informasi yang bergerak sangat cepat, menyebar luas, namun tidak semuanya membawa pesan yang membangun.

(BACA JUGA: Drama di Kejaksaan! Tom Lembong Didorong Petugas, Beri Pernyataan Mengejutkan.)

Ironisnya, di balik kemajuan teknologi komunikasi ini, muncul tantangan baru yang tidak kalah berat. 

Mulai dari penyebaran informasi yang menyesatkan, meningkatnya polarisasi sosial, hingga semakin memudarnya rasa kebangsaan.

Platform media sosial yang seharusnya menjadi sarana mempererat persatuan, justru kerap digunakan sebagai medan konflik, penuh dengan ujaran kebencian dan saling menjatuhkan. 

Fenomena buzzer politik, provokasi digital, hingga akun anonim penyebar fitnah telah menggerus nilai-nilai nasionalisme yang dulu diperjuangkan dengan darah dan air mata oleh para pendiri republik ini.

Situasi seperti ini menuntut kita untuk merenung dan bertanya kembali, “Apakah kita masih merasa sebagai satu bangsa?”. 

Oleh karena itu, peringatan Hari Kebangkitan Nasional saat ini harus dimaknai lebih dari sekadar kegiatan seremonial atau sekilas kampanye di media sosial. 

Ini adalah saatnya untuk merenungkan kondisi bangsa secara mendalam, dan menumbuhkan kembali semangat untuk menjaga persatuan, memperkuat toleransi, dan membangun masa depan Indonesia yang lebih bersatu dan beradab.

Lantas, bagaimana sejarah terciptanya peringatan Hari Kebangkitan Nasional?

Sejarah Hari Kebangkitan Nasional

Penetapan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) tidak bisa dilepaskan dari situasi politik Indonesia pasca kemerdekaan. 

Mengacu pada Jurnal Universitas Islam Negeri Ar Raniry Banda Aceh berjudul “Rekonstruksi Sejarah Kebangkitan Nasional”, pada tahun 1948 Indonesia menghadapi berbagai tantangan serius yang mengancam keutuhan bangsa. 

Salah satu momen krusial adalah ketika kepemimpinan Kabinet Amir Syarifuddin digantikan oleh Mohammad Hatta sebagai Perdana Menteri. 

Pergantian ini memicu konflik berkepanjangan dan tajam antara dua tokoh tersebut.

Ketegangan politik tersebut bahkan merembet ke berbagai elemen masyarakat termasuk partai-partai besar seperti Partai Nasional Indonesia (PNI), Masyumi, dan Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang saling mendukung kubu yang berbeda. 

Tidak hanya terbatas di ranah politik, gesekan juga terjadi di tubuh militer, menyebabkan ketidakstabilan nasional. 

Serangkaian penculikan dan ketegangan internal memaksa pemerintah menurunkan pasukan Siliwangi dari Jawa Barat untuk memperkuat pengamanan.

Di sisi lain, ancaman eksternal dari Belanda yang masih berusaha merebut kembali wilayah Indonesia turut memperburuk keadaan. 

Melihat kondisi bangsa yang semakin kritis, Presiden Soekarno merasa perlu untuk membangkitkan semangat persatuan nasional. 

Ia kemudian menetapkan peringatan Hari Kebangkitan Nasional dengan harapan dapat menyatukan semua elemen bangsa termasuk partai-partai politik yang berselisih guna menghadapi ancaman kolonialisme.

Tanggal 20 Mei dipilih karena bertepatan dengan hari berdirinya organisasi pergerakan nasional pertama, Budi Utomo, yang lahir pada 20 Mei 1908. 

Meskipun Budi Utomo pada awalnya lebih bersifat sosial, ekonomi, dan kebudayaan, dan tidak bersifat politik, organisasi ini tetap memiliki andil besar dalam sejarah pergerakan nasional Indonesia.

Momentum tersebut dianggap sebagai tonggak awal bangkitnya kesadaran nasional untuk meraih kemerdekaan.

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional pertama kali diselenggarakan pada 20 Mei 1948. 

Pada momen itu, pemerintah mengajak seluruh partai politik dan kelompok masyarakat untuk bersatu demi menjaga keutuhan bangsa. 

Melalui peringatan ini, Soekarno berharap bisa mencegah perpecahan lebih lanjut dan membangun kembali semangat perjuangan nasional.

Kemudian, penetapan resmi Hari Kebangkitan Nasional dituangkan dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 316 Tahun 1959 tentang Hari-Hari Nasional yang Bukan Hari Libur. 

Keputusan ini memperkuat pentingnya makna Hari Kebangkitan Nasional bagi rakyat Indonesia.

Makna Hari Kebangkitan Nasional

Hari Kebangkitan Nasional memiliki makna historis dan ideologis yang mendalam.

Harkitnas menandai awal bangkitnya kesadaran rakyat Indonesia sebagai satu bangsa yang bersatu. 

Sebelum tahun 1908, perjuangan melawan penjajah masih bersifat lokal dan sporadis. 

Namun dengan lahirnya Budi Utomo, semangat kebangsaan mulai terbentuk, menyatukan berbagai suku, daerah, dan kelompok dalam satu tujuan yaitu merdeka dari penjajahan. 

Semangat kebangkitan ini menjadi pondasi utama bagi gerakan perjuangan nasional yang berujung pada Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Lebih dari itu, Hari Kebangkitan Nasional juga menjadi momen untuk membangkitkan semangat nasionalisme, persatuan, dan gotong royong di tengah tantangan era kini. 

Di era modern, tantangan bangsa sudah bergeser dari kolonialisme menjadi…

Berita Terbaru
Rekomendasi Berita
Mengapa 20 Mei Diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional? Ini Sejarah, Makna, dan Tokoh di Baliknya
15 May 2025 - Dbmedianews
Author: Janina Canakya Janissary Janina Canakya Janissary
Editor: Ahmad Dzul Ilmi Muis Ahmad Dzul Ilmi Muis
45 0
 

DB NEWS - Setiap 20 Mei, bangsa Indonesia tidak hanya menengok ke belakang — tapi juga menantang masa depan. Di tengah gempuran zaman digital yang sarat disinformasi, Hari Kebangkitan Nasional bukan sekadar peringatan sejarah, melainkan panggilan untuk menyatukan kembali semangat yang tercerai.

Di tahun 2025, tanggal 20 Mei jatuh pada hari Selasa di pekan keempat bulan Mei.

Hari Kebangkitan Nasional mengingatkan kita pada titik awal pergerakan nasional Indonesia melawan penjajahan, yang kemudian menjadi fondasi bagi terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Kita kini berada di tengah era digital, sebuah masa yang sangat berbeda dibandingkan dengan zaman perjuangan awal kebangsaan. 

Ruang publik dibanjiri oleh arus informasi yang bergerak sangat cepat, menyebar luas, namun tidak semuanya membawa pesan yang membangun.

(BACA JUGA: Drama di Kejaksaan! Tom Lembong Didorong Petugas, Beri Pernyataan Mengejutkan.)

Ironisnya, di balik kemajuan teknologi komunikasi ini, muncul tantangan baru yang tidak kalah berat. 

Mulai dari penyebaran informasi yang menyesatkan, meningkatnya polarisasi sosial, hingga semakin memudarnya rasa kebangsaan.

Platform media sosial yang seharusnya menjadi sarana mempererat persatuan, justru kerap digunakan sebagai medan konflik, penuh dengan ujaran kebencian dan saling menjatuhkan. 

Fenomena buzzer politik, provokasi digital, hingga akun anonim penyebar fitnah telah menggerus nilai-nilai nasionalisme yang dulu diperjuangkan dengan darah dan air mata oleh para pendiri republik ini.

Situasi seperti ini menuntut kita untuk merenung dan bertanya kembali, “Apakah kita masih merasa sebagai satu bangsa?”. 

Oleh karena itu, peringatan Hari Kebangkitan Nasional saat ini harus dimaknai lebih dari sekadar kegiatan seremonial atau sekilas kampanye di media sosial. 

Ini adalah saatnya untuk merenungkan kondisi bangsa secara mendalam, dan menumbuhkan kembali semangat untuk menjaga persatuan, memperkuat toleransi, dan membangun masa depan Indonesia yang lebih bersatu dan beradab.

Lantas, bagaimana sejarah terciptanya peringatan Hari Kebangkitan Nasional?

Sejarah Hari Kebangkitan Nasional

Penetapan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) tidak bisa dilepaskan dari situasi politik Indonesia pasca kemerdekaan. 

Mengacu pada Jurnal Universitas Islam Negeri Ar Raniry Banda Aceh berjudul “Rekonstruksi Sejarah Kebangkitan Nasional”, pada tahun 1948 Indonesia menghadapi berbagai tantangan serius yang mengancam keutuhan bangsa. 

Salah satu momen krusial adalah ketika kepemimpinan Kabinet Amir Syarifuddin digantikan oleh Mohammad Hatta sebagai Perdana Menteri. 

Pergantian ini memicu konflik berkepanjangan dan tajam antara dua tokoh tersebut.

Ketegangan politik tersebut bahkan merembet ke berbagai elemen masyarakat termasuk partai-partai besar seperti Partai Nasional Indonesia (PNI), Masyumi, dan Partai Sosialis Indonesia (PSI) yang saling mendukung kubu yang berbeda. 

Tidak hanya terbatas di ranah politik, gesekan juga terjadi di tubuh militer, menyebabkan ketidakstabilan nasional. 

Serangkaian penculikan dan ketegangan internal memaksa pemerintah menurunkan pasukan Siliwangi dari Jawa Barat untuk memperkuat pengamanan.

Di sisi lain, ancaman eksternal dari Belanda yang masih berusaha merebut kembali wilayah Indonesia turut memperburuk keadaan. 

Melihat kondisi bangsa yang semakin kritis, Presiden Soekarno merasa perlu untuk membangkitkan semangat persatuan nasional. 

Ia kemudian menetapkan peringatan Hari Kebangkitan Nasional dengan harapan dapat menyatukan semua elemen bangsa termasuk partai-partai politik yang berselisih guna menghadapi ancaman kolonialisme.

Tanggal 20 Mei dipilih karena bertepatan dengan hari berdirinya organisasi pergerakan nasional pertama, Budi Utomo, yang lahir pada 20 Mei 1908. 

Meskipun Budi Utomo pada awalnya lebih bersifat sosial, ekonomi, dan kebudayaan, dan tidak bersifat politik, organisasi ini tetap memiliki andil besar dalam sejarah pergerakan nasional Indonesia.

Momentum tersebut dianggap sebagai tonggak awal bangkitnya kesadaran nasional untuk meraih kemerdekaan.

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional pertama kali diselenggarakan pada 20 Mei 1948. 

Pada momen itu, pemerintah mengajak seluruh partai politik dan kelompok masyarakat untuk bersatu demi menjaga keutuhan bangsa. 

Melalui peringatan ini, Soekarno berharap bisa mencegah perpecahan lebih lanjut dan membangun kembali semangat perjuangan nasional.

Kemudian, penetapan resmi Hari Kebangkitan Nasional dituangkan dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 316 Tahun 1959 tentang Hari-Hari Nasional yang Bukan Hari Libur. 

Keputusan ini memperkuat pentingnya makna Hari Kebangkitan Nasional bagi rakyat Indonesia.

Makna Hari Kebangkitan Nasional

Hari Kebangkitan Nasional memiliki makna historis dan ideologis yang mendalam.

Harkitnas menandai awal bangkitnya kesadaran rakyat Indonesia sebagai satu bangsa yang bersatu. 

Sebelum tahun 1908, perjuangan melawan penjajah masih bersifat lokal dan sporadis. 

Namun dengan lahirnya Budi Utomo, semangat kebangsaan mulai terbentuk, menyatukan berbagai suku, daerah, dan kelompok dalam satu tujuan yaitu merdeka dari penjajahan. 

Semangat kebangkitan ini menjadi pondasi utama bagi gerakan perjuangan nasional yang berujung pada Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Lebih dari itu, Hari Kebangkitan Nasional juga menjadi momen untuk membangkitkan semangat nasionalisme, persatuan, dan gotong royong di tengah tantangan era kini. 

Di era modern, tantangan bangsa sudah bergeser dari kolonialisme menjadi…

Tautan telah disalin ke clipboard!