Digitalisasi membawa dampak besar dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam cara anak muda mengakses informasi.
Saat ini, sebagian besar informasi didapat dari media sosial seperti TikTok, Instagram dan YouTube.
Meskipun platform ini memiliki potensi edukatif, algoritma digital sering kali lebih menekankan pada konten hiburan yang viral, bukan yang mendidik.
Menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2024, pengguna internet Indonesia mencapai lebih dari 79%, dan penyumbang terbanyak berasal dari kalangan GenZ.
Ini berarti generasi muda merupakan kelompok paling rentan terhadap pengaruh informasi digital yang beredar di media sosial.
Tanpa kemampuan literasi digital yang baik, mereka akan kesulitan memilah informasi akurat dari informasi palsu.
Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando mengatakan bahwa menurutnya untuk menangani permasalahan literasi, pemerintah negara harus ikut andil.
“Negara harus hadir untuk menangani permasalahan literasi ini. Baik itu, eksekutif, legislatif, yudikatif, dan TNI/Polri,” ucapnya.
Ia juga menyampaikan lebih lanjut jika pihak-pihak seperti lembaga pendidikan dan pendistribusian buku sebagai bahan bacaan ke seluruh daerah, juga perlu ditingkatkan.
“Selain itu, peran akademisi perguruan tinggi, penulis, penerbit, hingga regulasi distribusi bahan bacaan untuk memperkecil ketimpangan antar wilayah,” lanjutnya.
Beberapa langkah telah diambil oleh pemerintah untuk meningkatkan minat baca dan literasi masyarakat, seperti:
Selain itu mengingat dengan diperingatinya Hari Buku Nasional 2025, diharapkan momen ini dapat menjadi momentum untuk memperkuat literasi anak-anak muda dan masyarakat.
Peringatan Hari Buku Nasional jadi momen kuatkan literasi? Seperti apa penjelasannya…
Digitalisasi membawa dampak besar dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam cara anak muda mengakses informasi.
Saat ini, sebagian besar informasi didapat dari media sosial seperti TikTok, Instagram dan YouTube.
Meskipun platform ini memiliki potensi edukatif, algoritma digital sering kali lebih menekankan pada konten hiburan yang viral, bukan yang mendidik.
Menurut data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2024, pengguna internet Indonesia mencapai lebih dari 79%, dan penyumbang terbanyak berasal dari kalangan GenZ.
Ini berarti generasi muda merupakan kelompok paling rentan terhadap pengaruh informasi digital yang beredar di media sosial.
Tanpa kemampuan literasi digital yang baik, mereka akan kesulitan memilah informasi akurat dari informasi palsu.
Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando mengatakan bahwa menurutnya untuk menangani permasalahan literasi, pemerintah negara harus ikut andil.
“Negara harus hadir untuk menangani permasalahan literasi ini. Baik itu, eksekutif, legislatif, yudikatif, dan TNI/Polri,” ucapnya.
Ia juga menyampaikan lebih lanjut jika pihak-pihak seperti lembaga pendidikan dan pendistribusian buku sebagai bahan bacaan ke seluruh daerah, juga perlu ditingkatkan.
“Selain itu, peran akademisi perguruan tinggi, penulis, penerbit, hingga regulasi distribusi bahan bacaan untuk memperkecil ketimpangan antar wilayah,” lanjutnya.
Beberapa langkah telah diambil oleh pemerintah untuk meningkatkan minat baca dan literasi masyarakat, seperti:
Selain itu mengingat dengan diperingatinya Hari Buku Nasional 2025, diharapkan momen ini dapat menjadi momentum untuk memperkuat literasi anak-anak muda dan masyarakat.
Peringatan Hari Buku Nasional jadi momen kuatkan literasi? Seperti apa penjelasannya…