Menakar Etika dan Batas Konten Digital: Belajar dari Polemik Codeblu dan Clairmont
10 May 2025 - Dbmedianews
Author: Helga Almirah Chalanta Ramadhan
Editor: Ahmad Dzul Ilmi Muis
104 0

Menata Ulang Narasi Digital Kita

Di sinilah titik refleksi kita bersama. Dunia digital telah memberikan panggung besar bagi siapa saja untuk bersuara. Namun, apakah semua suara itu dibekali dengan tanggung jawab?

Kasus Codeblu dan Clairmont membuka mata kita bahwa dunia digital bukan ruang hampa.

Di balik setiap video dan caption, ada dampak nyata yang bisa menimpa banyak pihak.

Review makanan yang tampak sepele ternyata bisa berujung pada kerugian miliaran rupiah dan trauma psikologis.

Kita perlu mendorong tumbuhnya ekosistem konten yang tidak hanya menarik, tetapi juga bertanggung jawab.

Kritik tetap boleh, bahkan penting, namun harus didasarkan pada verifikasi dan disampaikan dengan prinsip adab dan kesantunan.

Sebagaimana ditegaskan Leech dalam teori kesantunannya, komunikasi yang baik bukan hanya soal menyampaikan pesan, tetapi juga soal menjaga relasi dan dampak dari pesan itu sendiri.

Di era media sosial yang serba cepat dan viral, mungkin sudah saatnya kita kembali belajar seni berbicara–baik secara etika, norma sosial, hukum yang berlaku, maupun agama.

Pantau DB News untuk artikel opini lainnya seputar etika digital dan keadaan media sosial di Tanah Air. (*)

Berita Terbaru
Rekomendasi Berita
Menakar Etika dan Batas Konten Digital: Belajar dari Polemik Codeblu dan Clairmont
10 May 2025 - Dbmedianews
Author: Helga Almirah Chalanta Ramadhan Helga Almirah Chalanta Ramadhan
Editor: Ahmad Dzul Ilmi Muis Ahmad Dzul Ilmi Muis
104 0
 

Menata Ulang Narasi Digital Kita

Di sinilah titik refleksi kita bersama. Dunia digital telah memberikan panggung besar bagi siapa saja untuk bersuara. Namun, apakah semua suara itu dibekali dengan tanggung jawab?

Kasus Codeblu dan Clairmont membuka mata kita bahwa dunia digital bukan ruang hampa.

Di balik setiap video dan caption, ada dampak nyata yang bisa menimpa banyak pihak.

Review makanan yang tampak sepele ternyata bisa berujung pada kerugian miliaran rupiah dan trauma psikologis.

Kita perlu mendorong tumbuhnya ekosistem konten yang tidak hanya menarik, tetapi juga bertanggung jawab.

Kritik tetap boleh, bahkan penting, namun harus didasarkan pada verifikasi dan disampaikan dengan prinsip adab dan kesantunan.

Sebagaimana ditegaskan Leech dalam teori kesantunannya, komunikasi yang baik bukan hanya soal menyampaikan pesan, tetapi juga soal menjaga relasi dan dampak dari pesan itu sendiri.

Di era media sosial yang serba cepat dan viral, mungkin sudah saatnya kita kembali belajar seni berbicara–baik secara etika, norma sosial, hukum yang berlaku, maupun agama.

Pantau DB News untuk artikel opini lainnya seputar etika digital dan keadaan media sosial di Tanah Air. (*)

Tautan telah disalin ke clipboard!